harianbekasi.com – Latar belakang pagelaran Lenong Denes Betawi yang berjudul ‘POHACI’ ini lebih mengangkat dari sisi mitos. Pertunjukan yang akan ditampilkan selama dua jam ini, melibatkan sekitar dua ratus pemain, bersama grup Sanggar Kembang Batavia.
Hal ini yang di sampaikan Tutur Denes selaku sutradara pagelaran Lenong Denes Betawi yang berjudul ‘POHACI’, saat menggelar konfrensi pers, di Gedung Pusat Pelatihan Seni Budaya (PPSB) Jakarta Timur di Kawasan Pondok Kelapa Jakarta Timur, Jumat (12/05/2023).
Selain Tutur Denes, hadir dalam konfrensi pers tersebut, Dr.Agus Suardika (selaku pimpro dalam pagelaran tersebut), Imam S Bumiayu (Urusan Manajemen), Iwan Henry Wardhana (Kadisbud Prov.DKI Jakarta), Taufiq Yudi Mulyanto (mantan Kepala Dinas Pendidikan Prov.DKI Jakarta), Gina Sheila sebagai pemeran utama dan talent serta pemain lainnya dari Sanggar Kembang Batavia. Acara yang dimoderatori oleh penyair Imam Maarif, berjalan dengan lancar.
Lebih lanjut Tutur Denes dalam kesempatan tersebut juga menyampaikan, bahwa pagelaran Lenong Denes Betawi yang berjudul ‘POHACI’ ini akan digelar di Teater Besar Taman Ismail Marzuki (TIM), Cikini, Jakarta Pusat pada 01 Juni 2023.
“Insya Allah, Lenong Denes Betawi berjudul ‘POHACI’, bersama group Sanggar Kembang Batavia ini rencananya juga akan di-pentaskan di Eropa. Sudah ada dua undangan dari negara di Eropa. Dan masyarakat Eropa membaca sejarah kita, sehingga mereka sangat tertarik dengan kisah POHACI ini,”jelas Tutur Denes.
Penekanan pada mitos yang ditonjolkan dalam pagelaran ini, lanjut Tutur Denes, untuk memberikan titik kesadaran kepada kita semua, terutama warga Betawi bahwa POHACI sebagai proyeksi dari dewi kesuburan atau lebih dikenal sebagai Dewi Sri, yang memiliki ilmu pengetahuan tentang bercocok tanam padi, sehingga banyak orang dari berbagai daerah lain belajar pertanian kepadanya.
Dalam kontek kekinian, menurut Tutur Denes selaku Sutradara dalam pagelaran tersebut, telah terjadi pergeseran nilai, lahan pertanian warga Betawi yang begitu luas, saat ini sudah banyak ditinggalkan dan dijadikan kontrakan, ini sungguh sangat ironis dan menjadi keprihatinan kita semua, apalagi kita tinggal di negeri yang mayoritas sumber daya alam begitu subur untuk lahan pertanian.
Melalui pegaleran ini juga untuk meluruskan berbagai mitos yang ada ditengah masyarakat saat ini, seperti ‘Baritan’ atau sedekah bumi yang saat ini sudah mulai ditinggalkan oleh warga Betawi, padahal orang-orang melakukan sedekah bumi, sebagai ungkapan rasya syukur kepada Tuhan YME dan juga berterima kasih kepada bumi yang kita tempati. Selain itu juga pentingnya bagi kaum yang tinggal di daerah agraris untuk bercocok tanam, agar keberlangsungan bumi itu tetap hidup.
Sementara itu Imam S Bumiayu selaku tim manajemen dalam kesempatan tersebut menyampaikan bahwa pementasan di TIM rencananya akan pentas dua kali, siang untuk para guru-guru dari berbagai tingkat sekolah yang ada di DKI Jakarta, dan malamnya pentas untuk umum.
Khusus untuk para guru, lanjut pendiri Teater Mbeling, yang hadir menonton pagelaran ini akan mendapatkan sertifikat, dimana sertifikan tersebut bisa sebagai penambah nilai atau kredit point bagi guru yang bersangkutan. Untuk itu pihaknya mengajak mantan Kadis Pendidikan Prov.DKI Jakarta, Taufiq Yudi Mulyanto, dimana beliau juga akan ikut main dalam pagelaran Lenong Denes Betawi ‘POHACI’.
“Targetnya dua ribu penonton akan hadir, menyaksikan pagelaran Lenong Denes yang berjudul ‘POHACI’ ini,”jelas Imam S Bumiayu.
Disisi lain menurut Dr.Agus Suardika selalu pimpro dalam pagelaran tersebut, menyampaikan bahwa ini merupakan salah satu cara untuk mengembangkan budaya Betawi, menggali nilai-nilai budaya, yang fiktif, imajinasi, untuk menggugah warga, terutama kesadaran untuk peduli akan seni budaya yang kita miliki.
Mantan Kepala Badan Kepegawian (BKD) Prov.DKI Jakarta yang mendapat peran sebagai Pak Kades dalam pagelaran tersebut, akan memainkan peran mengganggu Dewa Pohaci. Kembang Batavia akan terus mengapresiasi seni, betapa khasanah budaya kita begitu kaya.
Taufiq Yudi Mulyanto, Mantan Kadis Pendidikan Prov.DKI Jakarta yang turut hadir dalam konfrensi pers tersebut, mengatakan bahwa ini merupakan barang baru bagi dirinya, yang Selama ini lebih banyak berkiprah didunia pendidikan. Komunitas Kembang Batavia menurut Taufiq Yudi punya solidaritas dan kekompakan antar sesama anggotanya. Tampilan performa ini bisa memberikan pendidikan bagi warga masyarakat, prisipnya “kita mesti terus berlatih”, ujar mantan Kadis Pendidikan Prov.DKI Jakarta.
Salah satu pemain, yang turut memberikan keterangan pers, Gina Sheila, mengaku dirinya sudah lima tahun ikut bergabung dalam sanggar Kembang Batavia, banyak suka dan dukanya, harapan kedepan agar pagelaran ‘POHACI’ ini bisa sukses.
Iwan Henry Wardhana (Kadisbud Prov.DKI Jakarta), ini sebagai sumbangsih kami dan untuk membuktikan bahwa kegiatan kesenian di DKI Jakarta masih ada. Pasca Pandemi Covid-19 memasuki tahun 2023 ini kita harus kembali beraktivitas. Selama pandemic Covid-19 para pelaku seni telah terpuruk, praktis tidak bisa beraktivitas, keprihatinan mendalam bagi kita semua.
Selain itu, ini juga sebagai bentuk apresiasi bagi para pekerja seni dan budaya. Diakui Iwan bahwa Dinas Kebudayaan Prov. DKI Jakarta saat ini telah melakukan pendataan dan pembinaan kepada para pelaku seni budaya, mengikuti perkembangan zaman menggunakan teknologi yang ada, jumlah sanggar yang terdata saat ini mencapai hampir seribu sanggar.
“Melalui pagelaran Lenong Denes Betawi, bersama group Sanggar Kembang Batavia, selaku Kepala Dinas Kebudayaan dirinya ikut terlibat aktif, hal ini diakuinya sebagai bentuk dukungan moril, dan tidak ada alasan untuk menolaknya, apalagi melihat para seniornya yang sudah purna tugas saja masih begitu peduli pada kegiatan seni budaya, khususnya seni budaya Betawi ini, pungkas Iwan.
Sekilas Tentang Lenong Denes Betawi dan “POHACI”
Lenong Denes dimaknai sebagai pertunjukan teater yag bersisi cerita mengenai dinamika pemerintahan yang saat itu dipegang penjajah. Cerita yang sering diusung mengenai sisi perlawanan masyarakat terjajah, namun dengan penggunaan gaya bahasa yang halus. Cerita lakon biasanya berkisar tentang kerajaan.
Dalam seni Lenong, ada Lenong Denes dan Lenong Preman. Lenong Denes biasanya menyajikan cerita kerajaan (bangsawan) dengan kostum yang mewah.
Menurut Sutradara, Tutur Denes, Lenong Denes Betawi biasa disebut dengan Lenong Dinasty, bercerita tentang seputar kerajaan (istana centris), dengan menggunakan bahasa Melayu tinggi,atau bahasa Indonesia yang baik dan benar. Lebih mengarah ke teater modern.
Sebagaimana dikutip dari laman Wikipedia, POHACI adalah nama lain dari Dewa dalam mitologi Hindu, di dalam kebudayaan dan adat istiadat Sunda. Dalam konteks spiritual Sunda, POHACI merupakan proyeksi dari dewa pelindung dalam kehidupan masyarakat suku Sunda zaman dahulu. POHACI adalah dewa atau biasa disebut sebagai dewi pelindung setiap perilaku dan kegiatan masyarakat Sunda.
Sementara menurut sumber sejarah Jawa Barat (1983 – 1984) di-kutip dari laman Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Awal mula berkembangnya kerajaan di Jawa Barat tidak lepas dari seorang tokoh yang sangat dihormati, yaitu Aki Tirem. Menurut Pangeran Wangsakerta, dkk. Aki Tirem disebut juga Aki Luhur Mulya, putrinya bernama Pohaci Larasati yang diperistri oleh Sang Dewawarman.
Setelah Aki Tirem wafat, Sang Dewawarman menggantikannya sebagai penguasa di situ dengan nama penobatan Prabu Darmalokapala Dewawarman Haji Raksa Gapura Sagara, tokoh ini oleh para mahakawi disebut Dewawarman Pertama. Istrinya Pohaci Larasati, menjadi permaisuri dengan nama penobatan Dewi Dwani Rahayu. Kerajaan yang dipimpin oleh Dewawarman ini diberi nama Salakanagara yang artinya negeri perak beribukota di Rajatapura.
Sumber yang menyebutkan keberadaan Kerajaan Salakanagara di antaranya, pertama terberitakan oleh berita Cina (Dinasti Han). Dalam berita tersebut, “Raja Yeh Tiao-pien” mengirim utusan ke Cina pada tahun 132 M. Ye-tiao diduga sama dengan Yawadwipa atau Yabadiu (Pulau Jawa), Tiao-pien sama dengan Dewawarman. Kedua, dengan tulisan Ahli Ilmu Bumi Mesir yang bernama Caludius Ptolemeus dalam bukunya Geographia yang ditulis tahun 150 M, yang menyebutkan di dunia timur terdapat Iabadiou yang subur yang menghasilkan emas. Di ujung barat Iabadiou (pulau Jawa) terletak kota Argyre (perak).
Comments 1