harianbekasi.com – “Semua kejadian di dunia ini tidak ada yang kebetulan. Semua presisi sesuai kehendak Allah”.
Pria kelahiran Surakarta, Jawa Tengah itu memiliki beragam jejak kehidupan. Masa kecilnya di dekat bandara Adi Sumarmo, dijalani dengan sederhana dan usaha keras.
Saat sekolah dasar Suratto kecil harus mengayuh sepeda sejauh 60 kilometer dari Boyolali ke Karang Anyar melintasi kota Solo.
Berangkat subuh kembali petang, di lalui bertahun-tahun tanpa keluh kesah.
Menginjak remaja, Suratto yang rumahnya dekat bandara terpanggil untuk menjadi anggota TNI Angkatan Udara.
Tahun 1969 Suratto resmi menyandang pangkat Letnan Dua TNI AU. Selama berdinas Suratto memulai dengan penuh kedisipilnan, ia menikah dengan gadis Sunda bernama Ana Karmini semakin membuat hidupnya bermakna.
Surrato di beri karunia tiga orang anak, Anton Sukartono Surrato M.Si, Budi Sartono S.I.K., M.Si, M.Han, Zelly Ratnaasih S.H yang ketiganya lahir di kota kembang Bandung, Jawa Barat.
Selama 15 tahun pula Surrato berkarir di Bandung, Jawa Barat, 10 tahun di Lanud Sulaeman Bandung dan 5 tahun di Lanud Husein Sastranegara Bandung.
Lalu berpindah tugas ke Mabes TNI dan kemudian mengabdi di DPRD DKI Jakarta sebagai anggota fraksi ABRI.
Sebagai anggota DPRD Surrato sempat bermintra dengan empat gubernur Jakarta yaitu R. Soeprapto, Wiyogo Atmodarminto, Soerjadi Soerdirja dan Sutiyoso.
Surrato pensiun dari TNI berpangkat Marsekal Pertama dengan jabatan terakhir ketua induk koperasi angkatan udara (INKOPAU).
Sesudah pensiun, hidup Surrato bukan semakin surut tapi justru semakin berwarna dengan banyak aktivitas.
Ia sempat menjadi komisaris di beberapa tempat antara lain Bank Bukopin, Angkasa Pura II, Angkasa Pura I dan Pelindo IV.
Surrato juga mengembangkan bakatnya sejak muda yaitu menjadi pengusaha.
Usahanya beragam mulai dari properti, pangan, kesehatan sampai pendidikan.
Kebiasaan lain sejak muda untuk berbagi kepada sesama dan berkegiatan sosial juga di wujudkannya dengan membangun yayasan Bhakti Surrato yang membawahi Sekolah Alam Cikeas, Rumah Sehat Cikeas, Rumah Peduli Anak TKI dan Istana Anak Yatim atau SMA Taruna Yatim Nusantara.
Kegiatan sosial ini sudah mendapatkan penghargaan baik tingkat nasional maupun tingkat internasional.
Beragam jejak dan pengalaman hidupnya juga di tulis dalam beberapa buku, diantaranya; Virus Wirausaha, The Greates Secret of Life dan Gerak Tiada Henti, Diam Berarti Mati.
Saat ini di usianya yang mencapai 78 tahun, Surrato terus mengabdikan dirinya untuk kebaikan masyarakat banyak.
Surrato percaya semakin banyak berbagi untuk sesama, semakin banyak karunia yang Allah berikan untuk kita.
“Berbuat baik saja, jangan pernah takut untuk bersedekah” itulah salah satu prinsip yang diyakininya.