harianbekasi.com – Yogyakarta mempunyai cara tersendiri untuk menyampaikan keprihatinannya, bukan dengan cara demo, akan tetapi masyarakat budaya Yogyakarta melakukan Lampah Ratri.
Puluhan orang yang tergabung dalam Forum Keberagaman Budaya Yogyakarta menjalani Lampah Ratri di sepanjang Jalan Malioboro, Rabu (12/4/2023) malam.
Perjalanan bisu tersebut dilakukan sebagai bentuk keprihatinan atas pengembangan Jogja yang dinilai lebih mengedepankan sisi kapitalistik.
Risang Yuwono, inisiator Lampah Ratri, mengatakan peristiwa budaya yang dilakukan kali pertama ini dibuat untuk menjaga Yogyakarta sebagai identitas kebangsaan nasional.
Yogyakarta sebagai taman kebudayaan Indonesia, mulai dirasakan tidak relevan karena pengembangan tata kota, manusia dan gerak seolah hanya memandang spirit kaptalistik.
“Sangat kurang menurut kami menerjemahkan Hamemayu Hayuning Bawana. Bahwa pengembangan yang dilakukan untuk Jogja hanya memandang spirit kapitalistik saja. Lampah Ratri ini menjadi bentuk keprihatinan kami,” ungkap Risang Yuwono di sela acara.
Masyarakat yang merasakan keprihatinan yang sama lantas berkumpul untuk mengingatkan pemangku kepentingan agar kembali menerapkan semangat tahta untuk Rakyat. Tercatat menurut Risang, ada 14 komunitas yang turut dalam lampah ratri ini.
“Kita ingin mengingatkan, mengembalikan marwah gubernur sebagai tahta untuk rakyat. Bagaimana menjadi nafas kehidupan Jogja sendiri. Ke depan perlu rakyat menjaga kebijakan jantung kebijakan dan jantung kota. Ya kita yang harus menjaga, salah satunya komunitas seni budaya,” sambung dia.
Lampah Ratri kali ini menjadi yang pertama kali dilaksanakan. Berbagai komunitas menyatakan akan mengawal perjalanan ke depan dan terus melakukan hal serupa ketika ada kegelisahan terasa.
“Ya, akan kami lakukan ketika ada kegelisahan. Ketika Jogja diganggu maka kita akan gerak,” pungkas Risang.
Perjalanan lampah ratri sendiri dimulai dari halaman kantor DPRD DIY, dimulai dengan menyanyikan Indonesia Raya dan pembacaan ritual budaya.
Para peserta lantas berjalan dengan diam menuju ke selatan hingga titik nol kilometer.
Comments 1